Peningkatan Kuantitas Investasi Harus Selaras dengan Kualitas yang Lebih Baik
PARLEMENTARIA, Jakarta – Presiden Joko Widodo dalam Pidato Presiden RI tentang Penyampaian Laporan Kinerja Lembaga-Lembaga Negara, di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024) menyampaikan pada aspek industri Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah besar untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah. Langkah tersebut dimulai dari nikel, bauksit, dan tembaga yang akan dilanjutkan dengan timah, serta sektor potensial lainnya, seperti perkebunan, pertanian, dan kelautan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Martin Manurung mengungkap, peningkatan kuantitas investasi selama lima tahun terakhir, harus diimbangi dengan investasi yang semakin berkualitas. Hal tersebut, agar investasi yang masuk selaras dengan peningkatan kualitas penyerapan tenaga kerja yang lebih baik.
“Dan juga menghasilkan produk-produk yang bisa lebih membuat produk Indonesia itu menjadi tuan di negerinya sendiri. Jadi saya pikir itu capaian ke depan yang harus dicapai oleh pemerintah di bidang-bidang yang ada di Komisi VI, dan kami akan mencoba untuk terus, kalau saya masih di Komisi VI juga, untuk mengawal,” jelasnya kepada Parlementaria, di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Tak kalah penting, lanjut Martin, adalah hilirisasi yang banyak melibatkan tenaga kerja Indonesia. Meski kini masih banyak tenaga kerja asing, namun, ke depan ia berharap pertukaran pengalaman dan teknologi dapat membuat Indonesia tak lagi ketergantungan terhadap tenaga kerja asing.
“Nah ke depan bagaimana secara terus menerus terjadi transfer of knowledge dan transfer of technology, sehingga ketergantungan kita terhadap tenaga kerja asing yang skilled labor semakin kecil, kita semakin bisa menguasai,” harap Politisi Fraksi NasDem ini.
Sementara itu, di bidang perdagangan, ke depan Martin mendorong peningkatan perdagangan barang yang memberikan nilai tambah yang besar. Misalnya dengan tidak lagi menjual barang-barang mentah. “Jadi bukan lagi barang-barang mentah, tapi juga yang sudah kalau dikatakan hilirisasi atau industrialisasi, tapi yang penting dia menghasilkan satu produk yang menghasilkan nilai tambah, itu dari sisi perdagangan,” imbuhnya. (bia/rdn)
Sumber : www.dpr.go.id